Bissu

Dibugis sendiri memiliki 5 gender yang diakui raja raja pra Islam, 5 gender ini yang nantinya diakui masyarakat umum sebagai LGBT atau kaum pelangi. Terlepas dari pembahasan negatif tersebut bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa gender ke lima ini pernah menjadi simbol suatu kerajaan pra Islam Bugis. Kepercayaan di masyarakat Bugis terutama didaerah kedatuan Luwu kaum Bissu ini merupakan orang yang menjadi pendamping dari Sawerigading yang bernama lae Lae. Bissu ini merupakan sosok yang ikut menyiapkan kebutuhan Sawerigading untuk upacara dan pusaka berupa senjata yang akan digunakan dalam perjalanannya didunia kelak. Bissu sendiri diyakini memiliki kelebihan mampu berbicara dengan roh orang yang sudah meninggal, bahkan sekarang bahasa Bugis yang mereka gunakan sangat beda dengan bahasa Bugis pada umumnya. sehingga bagian yang tidak disebutkan oleh versi cerita lisan dalam banyak buku Sejarah dan kebudayaan Sulawesi Selatan adalah keberadaan menurut tradisi yang berlaku didaerah Bugis dan Makassar. Untuk upacara penting kerajaan maka komunitas mereka di percaya sebagai penyelenggara upacara adat dengan melibatkan 40 orang dari komunitas mereka. Menurut Rodolf Blok dalam jurnal sejarah Sulawesi mereka disebut hermaprodite yang tidak memiliki keinginan untuk menikah walaupun dalam catatannya tersebut mengatakan bahwa pengangkatan raja Gowa pada waktu itu tidak sah jika tidak melibatkan 1 atau 2 komonitas Hermaprodite ini. Namun yang menjadi kekeliruan dari hasil laporan Rodolf Blok ini adalah bahwa pelantikan raja pada masa kerajaan yang telah memeluk agama Islam pada abad ke 16 di Gowa tidak lagi mengikutsertakan Bissu untuk pelantikan raja. Namun tidak bisa juga disalahkan laporan tersebut dilaksanakan bahwa bisa saja peristiwa tersebut terjadi ketika yang memimpin pada saat itu bercampur dengan kebudayaan Bugis yang artinya ketika Bone telah menjadi bagian dari kerajaan Gowa prosesi itu bisa saja terlaksana karena sampai sekarang di Bone komonitas Bissu masih bisa kita jumpai di wilayah tersebut terutama di komplek bola soba. Proses menemukan jati diri mereka ada 2 yang pertama proses bawaan sejak lahir dan kedua penempaan agar menjadi ahli. Proses pertama yaitu proses bawaan biasanya para calon Bissu ini mengalami sakit yang panjang dan ketika sembuh mereka mengalami masa kejadian spiritual yang tidak dialami oleh orang lain. Dan sejak kejadian tersebut mereka kemudian dilatih oleh ketua komonitas yang biasa disebut matowa yang dimana mereka terdiri dari 40 orang atau bahkan lebih. Untuk proses kedua biasanya penempaan dari calon Bissu tersebut yang dimana calon para Bissu dilihat dari ciri-ciri yang hanya diketahui oleh para komonitas Bissu.

Komentar